Minggu, 12 April 2009

Xerostomia pada Pasien Menopause



Memasuki usia lanjut yaitu akhir 40-an 50-an, seorang wanita akan mengalami proses alamiah yang disebut menopause sebagai salah satu bentuk dari proses penuaan. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).
            Adanya kondisi mulut yang kering tersebut dapat mengarah kepada penyakit periodontal, karena saliva (air liur) tidak cukup untuk membilas sisa makanan sehingga kalkulus (karang gigi) lebih mudah terbentuk. Selain itu kurangnya saliva juga dapat menyebabkan karies lebih mudah terjadi, karena saliva juga berfungsi untuk menetralkan keasaman  asam yang dihasilkan dari metabolisme bakteri yang ada di dalam mulut.
            Oleh karena itu xerostomia (dry mouth) lebih sering dialami oleh wanita usia lanjut dibandingkan pria, dan dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang sering diresepkan bagi para lansia.
            Penurunan produksi estrogen yang terjadi saat menopause juga menyebabkan wanita lebih beresiko untuk mengalami penurunan densitas/kepadatan tulang, yang dapat mengarah kepada osteoporosis. Rusaknya tulang (dalam hal ini tulang rahang) dapat mengarah kepada goyangnya gigi geligi, diperparah dengan banyaknya kalkulus (karang gigi) yang menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
            Dokter gigi berperan untuk deteksi osteoporosis secara dini, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa universitas. Pemeriksaan radiografis rutin yang dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang pada perawatan gigi dapat membantu mendeteksi adanya penurunan massa tulang yang menjadi indikasi osteoporosis. Namun hal ini membutuhkan sotware khusus dan juga keterampilan khusus dari dokter gigi ahli radiologi.

Selasa, 07 April 2009

Protesa Patah




A.      Latar Belakang
Dalam ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, pekerjaan Reparasi biasanya meliputi perbaikan protesa yang retak, penyatuan kembali bagian-bagian basis atau plat yang patah, pergantian bagian-bagian yang rusak atau hilang, perluasan geligi tiruan, penambahan gigi serta perbaikan atau penambahan cengkeraman.
Pemakai gigitiruan selalu mengharapkan gigitiruannya dapat berfungsi selama mungkin dengan memuaskan seperti pada sat pertama digunakan. Untuk tujuan tersebut, digunakan bahan yang memnuhi persyaratan yang ditentukan. Bahan yang paling sering digunakan sebagai bahan basis gigitiruan adalah resin akrilik. Bahan resin akrilik yang digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan umumnya adalah resin akrilik head cured. Sedangkan cold cured umunya digunakan sebagai bahan reparasi.
Jika basis gigitiruan mengalami kepatahan, dokter gigi harus dapat mengetahui penyebab kepatahannya dan menentukan cara reparasi yang tepat. Ketidakmampuan menganalisis masalah tersebut dapat menyebabkan terulangnya kepatahan.
Sebagian penderita yang datang ke klinik gigi dengan keluhan gigitiruannya retak atau patah, ingin direparasi saat itu pula agar penderita tidak ompong terlalu lama. Patahnya basis gigitiruan dari bahan resin akrilik umumnya masih dapat diperbaiki.
Reparasi adalah tindakan perbaikan atau pembetulan dari geligitiruan dengan tujuan memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan, retensi dan stabilitas setelah gigitiruan dipakai. Dalam bidang Ilmu Geligitiruan Lepasan, pekerjaan reparasi meliputi perbaikan geligitiruan yang retak, penyatuan kembali bagian-bagian basis atau plat yang patah, penggantian bagian-bagian yang rusak atau hilang, penambahan gigi serta perbaikan atau penambahan cengkeram.
Sebelum melakukan reparasi, teknisi harus mengetahui dulu penyebab patahnya suatu gigitiruan. Jangan sampai reparasi suatu gigitiruan tetapi setelah dipakai kembali tidak memuaskan  bagi penderita maka gigitiruan yang tidak pas lagi merupakan usaha sia-sia belaka.
Perbaikan suatu gigitiruan merupakan masalah karena biasanya pasien lupa atau tidak mau berterus terang bahwa gigitiruannya pernah jatuh. Kerusakan suatu gigitiruan biasanya dimulai dengan kerusakan kecil yang menyebabkan gigitiruan menjadi retak. Hal pertama yang dirasa oleh pasien adalah sensasi adanya benang halus pada gigtiruan yang tidak bisa dihilangkan, dan pemeriksaan yang baik diperlukan pada tahap ini.
Gigitiruan yang patah sebaiknya dicekatkan dengan sticky wax dan diperkuat dengan kawat kemudian dicobakan ke dalam mulut untuk melihat kecekatannya sebelum direparasi. Dan apabila gigitiruan tersebut kurang cekat sebaiknya setelah direparasi, gigitiruan tersebut direlining untuk mencegah fraktur dalam waktu dekat.

1.         


A.      Definisi
Dari sekian banyak kesulitan yang ditemukan dlam bidang prosthodonsia, khususnya dalam pembuatan gigtiruan lepasan, maka masalah yang paling sulit adalah memperpanjang masa pemakaian gigitiruan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah ini dapat dengan melakukan prosedur reparasi.
Reparasi adalah adalah tindakan perbaikan atau pembetulan dari geligitiruan dengan tujuan memperbaiki kelainan, kerusakan, kecekatan, retensi dan stabilitas setelah gigitiruan dipakai pasien. Sebelum melakukan reparasi, perlu diadakan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap geligi tiruan yang akan diperbaiki, mencari sebab-sebabnya sehingga dapat ditentukan reparasi seperti apa yang akan dilakukan. (itjiningsih. EGC.Geligi Tiruan Lengkap Lepasan)

B.       Klasifikasi Kerusakan pada Gigitiruan
Keretakan sebuah gigitiruan biasanya terjadi akibat dari keletihan (Fatique Failure) dan kerusakan karena beban yang berat (Impact Failure).
Fatique Failure ; keletihan berat ini terjadi mengikuti beban yang mempusat ke sebuah titik di bawah tegangan kerusakan. Hal ini biasanya timbul secara klasik pada garis tengah gigitiruan penuh rahang atas dan dipengaruhi oleh beberpa faktor:
1.           Bentuk desain gigitiruan yang menyebabkan konsentrasi tekanan. Dalam hal ini termasuk lekukan-lekukan (notches) dan garis-garis (grooves) pada permukaan dalam atau polished gigitiruan yang melalui frenulum pada rahang atas di daerah midline. Bentuk frenulum labialis yang gterlalu tinggi biasanya harus dibuatkan lekukan yang dalam pada basis gigitiruan dan lekukan ini yang dapat menyebabkan fraktur.
2.           Resorpsi alveolar; pada kasus gigitiruan rahang atas dapat menyebabkan gigitiruan goyang (rocking) di sekitar midline karena resorpsi yang terjadi lebih sedikit.
3.           Perpindahan gigitiruan terhadap daerah dukungan jaringan (denture-bearing tissue). Bila gigitiruan tidak mendapat dukungan mucosa yang cukup maka dapat menyebabkan gigitiruan goyang (tip) dan melentur (flex).
4.           Pemakaian permukaan oklusal; jika permukaan oklusal gigi rahang atas digunakan sedemikian sehingga permukaan oklusal menghadap ke medially, maka setiap kali pasien beroklusi, maka gigitiruan akan cenderung lentur disekitar midline.
5.           Tekanan/ beban oklusal yang berat; dapat terjadi bila gigitiruan beroklusi dengan gig asli atau pada pasien yang cenderung memiliki beban kunyah berat.
Impact Failure; pada gigitiruan biasanya terjadi bila dijatuhkan oleh pasien saat membersihkan gigitiruan atau tekanannya berlebihan saat pembersihan gigitiruan sehingga dapat menyebabkan fraktur. Hal ini dapat dicegah jika pasien diminta membersihkan gigitiruannya diatas panci dengan cara direndam dalam air saat dilepas. Selain itu dapat juga terjadi patahnya lengan cengkeram, karena bagian ini sering disesuaikan sendiri oleh pasien, bila cengkeram menjadi longgar, disamping itu lengan cengkeram sering digunakan sebagai pegangan pada saat memasukkan dan mengeluarkan gigitiruan dalam mulut. Maka sebaiknya gigitiruan ini dipasang dan dilepas dengan jalan memegang salah satu bagian kerangkanya, atau lengan cengkeramnya atau bisa juga pada bagian sayapnya.
Klasifikasi patahnya protesa dapat digolongkan:
  1. Patah plat atau basis geligi tiruan dan gigi. Hal ini dapat dikarenakan :
-          Kesalahan konstruksi
a.       bila gigi belakang, terutama pada rahang atas, disusun di luar puncak lingir sisa, maka sebagian besar komponen gaya kunyah akan disalurkan ke bagian tengah geligi tiruan tersebut. Hal ini merupakan sebab patahnya bagian tengah protesa rahang atas.
b.      Kurang tebalnya plat resin akrilik pada bagian depan palatum, akan memperlemah protesa. Hal ini terjadi terutama pada pemakaian gigi depan yang terbuat dari resin. Bila bagian singulum gigi dibentuk secara anatomis, maka pada waktu pembuatan plat malam, sering dilakukan penipisan bagian ini untuk mempertahankan bentuk gigi tadi.
c.       Kekuatan dan ketidaktepatan dimensional basis protesa, karena tidak tepatnya konsistensi adonan pada waktu packing, lama dan suhu polimerisasi yang tak memadai, dan atau kuvet terlalu cepat didinginkan setelah pemasakan (curing).
d.      Berbagai faktor yang menyebabkan patahnya gigi porselen. Gigi porselen yang mungkin saja patah pada saat pemrosesan protesa resin.
-          Faktor penyebab dari dalam mulut
a.       Tekanan berlebihan yang terjadi selama proses pengunyahan atau karena mengertak, atau mengatup-ngatup gigi (clenching atau grinding). Dalam hal ini, basis resin geligi tiruan perlu diganti dengan bahan metal.
b.      Resorpsi tulang alveolar yang terjadi sesudah pemasangan geligi tiruan akan menyebabkan geligi tiruan tidak stabil lagi dengan akibat mudah terjadi fraktur.
c.       Frenulum labialis yang terlalu tinggi mengharuskan dibuatnya lekukan yang dalam pada plat geligi tiruan. Lekukan semacam ini biasanya merupakan tempat awal terjadinya fraktur.
d.      Relif yang tidak memadai pada geligi tiruan rahang atas di bagian tengah palatum pada penderita-penderita yang perbedaan ketebalan mukosanya menyolok, dapat menyebabkan geligi tiruan melengkung pada bagian tengah palatum selama berfungsi. Proses inindapat berakhir dengan fraktur.
  1. Elemen Lepas, tetapi tidak pecah
a.       Kekurangan resin akrilik pada waktu packing
b.      Terdapatnya selapis tipis minyak, medium pemisah (separating medium) atau lilin pada gigi resin
c.       Melakukan packing resin pada saat dough stage sudah dilampaui, sehingga monomer bebas yang bisa bergabung dengan gigi resin, tidak cukup
  1. Lengan cengkeram patah
Lengan cengkeram dapat patah sebagai akibat hal-hal berikut ini.
a.       Patah karena sering dikeluar-masukkan melalui gerong yang terlalu dalam. Bila dukungan jaringan periodontal gigi lebih besar, maka cengkeramannya yang patah. Sebaliknya, bila cengkeramannya yang lebih kuat, maka gigilah yang menjadi goyang. Hal ini dapat dihindarkan dengan jalan menempatkan lengan cengkeram hanya pada daerah dengan retensi minimum seperti yang telah ditentukan dalam proses survey yang teliti dan benar.
b.      Kegagalan structural. Suatu lengan yang tidak dibuat tidak dengan baik atau kerena proses penghalusan dan pemolesan yang tidak hati-hati, patah pada titik terlemahnya karena sering melentur pada tempat ini. Bila dalam proses pembuatan, lengan cengkeram terlalu sering dilekuk-lekukkan dengan tang, maka bagian ini pun mudah patah.
c.       Kesalahan penderita atau pemakai, misalnya terjadi distorsi karena pada saat dicuci. Yang sering sekali terjadi adalah patahnya lengan cengkeram, karena bagian ini sering disesuaikan sendiri oleh penderita, bila cengkeraman menjadi longgar. Selain itu, lengan cengkeram juga sering digunakan sebagai pegangan pada saat pengeluaran dan pemasukan geligi tiruan. Protesa sebaiknya dipasang dan dilepas dengan jalan memegang salah satu bagian berangkanya, atau hanya pada lengan cengkeram, atau bisa pula pada bagian sayapnya.
  1. Sandaran oklusal patah
Sandaran Oklusal patah hampir selalu terjadi pada titik di mana ia melintasi linger marginal gigi, sebab bagian inilah yang merupakan titik terlemah. Suatu kedudukan sandaran oklusal yang tidak dipreparasi dengan betul, merupakan salah satu contoh kegagalan seperi ini. Ketidak-tepatan preparasi atau kurangnya pembuangan jaringan gigi untuk tempat kedudukan sandaran pada waktu persiapan dalam mulut, menyebabkan terlalu tipisnya sandaran. Lalu, sandaran yang sudah tipis ini akan berkurang lagi ketebalannya pada saat penyesuaian dalam mulut, untuk menghindari hambatan oklusal pada saat artikulasi.
  1. Penambahan elemen tiruan
Penambahan semacam ini untuk suatu geligi tiruan sebagian lepasan dengan basis terbuat dari resin, merupakan pekerjaan yang sederhana. Lain halnya dengan penambahan serupa untuk geligi tiruan kerangka logam. Di sini perlu dilakukan pengecoran bagian retensi untuk menempelkan elemen tiruan baru dan penyolderan bagian ini ke kerangka yang sudah ada. Di samping itu dibuat juga bagian retensi untuk resin basis atau sadel baru.
Bila yang direparasi adalah geligi tiruan dengan perluasan distal, perlunya suatu tindakan pelapisan kembali hendaknya menjadi bahan pertimbangan pula. Pelapisan kembali ini perlu untuk memperoleh dukungan jaringan yang optimal.
Pada penggantian suatu pendukung, yang biasanya dipilih adalah gigi berikutnya. Dalam hal ini, perlu pemeriksaan sek$sama apakah gigi pilihan ini memang memenuhi syarat untuk dipakai sebagai gigi pendukung.

PENCEKATAN KEMBALI
Gunadi, Haryanto A., Margo, anton., Burhan, Lusiana K., Suryatenggara, Freddy., Setiabudi, Indra. 1995. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan, jilid II, Jakarta: Universitas Trisakti.
               
                Pencekatan kembali (refitting)suatu proses sebagian lepasan adalah suatu cara untuk memperbaiki geligi tiruan yang sudah tidak pas lagi, sehingga kembali menjadi pas pada tempatnya, begitu pula hubungan oklusi maupun artikulasi gigi geliginya.
                Dalam hal ini terdapat tiga cara yang dikenal, yaitu
-          Pelapisan Kembali (relining)
-          Penggantian Basis (rebaising)
-          Rekonstruksi (reconstruction)

DIAGNOSIS
                Memperkirakan kapan suatu gekigi tiruan perlu dicekatkan kembali merupakan hal yang harus dilakukan atas dasar pengamatn klinis secara cermat, sebab banyak hal yang mempengaruhi terjadinya resorbsi tulang, antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut.
1.       Jarak waktu antara pencabutan terakhir dengan data awal pembuatan geligi tiruan.
2.       Jenis geligi tiruan
3.       Resorbsi tulang linger sisa
4.       Kesehatan penderita
5.       Usia penderita

KAPAN PROTESA PERLU PENCAKATAN KEMBALI?
                pilihan antara perlunya dilakukan proses pencekatan kembali, atau keharusan geligi tiruan yang baru, sepenuhnya didasarkan kepada hal-hal yang ditemukan pada suatu pemeriksaan yang sistematik dan lengkap serat cermat. Setiap bagian geligi tiruan, seperti kerangka basis, bagian retensi, elemen hendaknya diperiksa dengan seksama, untuk menentukan keadaan dan kecekatannya. Dalam hal ini termaksuk penilaian apakah keadaan elemennya yang masih dalam hubungan antar tonjol yang baik dengan antagonisnya.
Pemeriksaan Bagian demi Bagian
  1. Kerangka
Kecekatan kerangka merupakan kunci perlu tidaknya dilakukan prosedur pencekatan kembali. Suatu geligi tiruan yang cengkeramnya patah, jelas tidak dapat diperbaiki dengan memuaskan hanya dengan tindakan pencekatan kembali. Demikian pula dengan sandaran oklusal yang sudah menjadi tipis karena pemakaian (aus) atau sebagian sudah hilang karena pengasahan. Meskipun keadaan kerangka masih baik, oklusi dengan antagonis hendaknya diperiksa pula. Bila hubungan ini sudah tidak baik lagi dan tidak mungkin diperbaiki dengan suatu penyesuaian sederhana, geligi tiruan harus dibuat baru. Di lain pihak, bila bagian-bagian matal masih dalam keadaan yang baik, begitu pula permukaan gigi-gigi dan sandaran masih berada tepat pada kedudukannya, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka protesa masih dapat diselamatkan dengan suatu proses pencekatan kembali.
  1. Basis
Bila basis geligi tiruan dari resin sudah buruk atau pernah diperbaiki berkali-kali, maka mengganti basis lebih baik daripada melapis basis kembali. Bagaimana halnya, bila pelapisan yang dilakukan sebelumnya mengakibatkan terlihatnya batas bahan yang baru dan lama? Lalu, bila terjadi perubahan dari bahan yang dipergunakan untuk pelapisan sebelumnya, apa pula tindakan yang hendaknya dipilih? Untuk hal-hal ini, suatu penggantian basis mungkin menjadi pilihan.
  1. Elemen
Keadaan elemen merupakan pertimbangan menentukan apakah suatu protesa harus dicekatkan kembali dengan suatu Pelapisan, Penggantian Basis atau Rekonstruksi. Bila elemen terbuat dari plastic dan menjadi aus karena pemakaian, perbaikan dapat dilakukan dengan peninggian atau penambahan bahan serupa. Bila ausnya elemen ini berlebihan, pilihannya adalah Rekonstruksi. Begitu pula bila elemen terbuat dari porselen dan sudah retak, pecah, atau beberapa gigi sudah hilang.
  1. Oklusi
Sebelum melakukan tindakan, hendaknya dipertimbangkan apakah proses pencekatan kembali akan mempunyai efek terhadap oklusi, terutama pada bidang oklusal. Bila hilagnya jaringan sedang-sedang saja, oklusi biasanya dapat diperbaiki dengan prosedur penyesuaian rutin dalam mulut setelah suatu Pelapisan atau Penggantian Basis.
Bila protesa berantagonis dengan gigi-gigi asli yang sudah erupsi berlebih sedikit saja, maka setelah pencekatan kembali, geligi tiruan belum membutuhkan pengasahan yang berlebihan pada elemennya. Dalam hal protesa berantagonis dengan geligi tiruan lain dan harus dicekatkan kembali karena terjadi resorbsi, maka perlu dipertimbangkan apakah:
·         Pencekatan kembali akan memecahkan masalah
·         Kedua geligi tiruan harus dicekatkan kembali atau dibuat baru saja
·         Kombinasi prosedur-prosedur tersebut merupakan cara yang terbaik.
PENGGANTIAN BASIS
                Proses Penggantian Basis (rebasing) dilakukan untuk kasus-kasus berikut ini:
1.       Pada geligi tiruan yang sudah longgar.
2.       Pada keadaan dimana oklusi dapat diperbaiki sesudah rebaising dengan sedikit pengasahan permukaan oklusal.
3.       Desain rangka protesa masih terletak baik pada gigi-gigi pengunyah.
4.       Elemen tiruan tidak aus berlebihan, patah atau rusak.
5.       Bila basis geligi tiruan sudah terlihat buruk, karena pemakaian untuk jangka waktu lama atau bekas pelapisan kembali.
6.       Bila self curing acrylic yang digunakan pada pelapisan kembali.

Risiko karena Pelapisan Kembali atau Penggantian Basis

                Setiap orang tak boleh lupa pada kenyataan bahwa suatu proses pelapisan kembali atau penggantian basis tidak lepas dari risiko. Walaupun pada saat penempatan ke dalam mulut, geligi tiruan yang diperbaiki sudah dibantu dengan adanya cengkeraman dan bidang bombing, terganggunya oklusi bisa saja terjadi karena perubahan drastic pada oklusal antara gigi tiruan dengan antagonisnya.
                Sumber kesalahan antara lain dalam prosedur penggantian basis adalah bergeraknya gigi selama proses laboratories. Sebagai tambahan, basis protesa dapat pula berubah bentuk karena pemanasan tak betul selama proses pemasakan resin dan risiko pecahnya gigi porselen selama flasking. Akhirnya jangan dilupakan bahwa kerangka geligi tiruan juga sangat peka terhadap distorsi selama pekerjaan laboratorium.

REKONSTRUKSI

                Prosedur rekonstruksi terdiri dari pembuangan resin dan gigi geligi dari kerangka protesa dan mengganti basisnya dengan behan baru dengan elemen tiruan baru yang disusun di atasnya. Untuk mencapai rekonstruksi yang baik, suatu kerangka yang kecekatannya masih baik merupakan syarat keberhasilan.

                Ada dua hal yang merupakan keuntungan cara ini:
1.       Bila gigi sudah kehilangan kemampuannya untuk berfungsi, karena patah selama pemakaian atau sudah hilang.
2.       Bila bidang oklusal sudah hilang dan tidak dapat diperbaiki lagi

Kedua hal tersebut tidak dapat diperbaiki dengan cara pelapisan kembali maupun penggantian   basis saja, dan harus dilakukan rekonstruksi.


Cara Melakukan Rekonstruksi
                Cetakan rahang dibuat bagi kedua lengkung rahang dan dicor seperti biasa. Bila diperlukan, dibuat suatu cetakan fungsional dan allered cost. Lalu, dilakukan penentuan hubungan antara kedua rahang. Kerangka geligi tiruan kemudian diletakkan di atas model dan gigi disusun sesuai dengan anagonisnya. Setelah dilakukan pas malam dalam mulut, protesa malam kemudian diselesaikan dan dipasang sesuai prosedur biasa.
                Prosedur rekonstruksi merupakan prosedur yang lenih singkat, disbanding dengan suatu pembuatan protesa baru dan karenya lebih ekonomis. Prosedur ini terutama ditujukan pada penderita yang kehilangan sejumlah besar tulang alveolarnya dalam waktu yang relative singkat, mungkin sebagai akibat penyakit sehingga suatu pelapisan kembali atau penggantian basis tidak mungkin berhasil secara efisien dan efektif.

Basis gigitiruan retak
Basis gigitiruan retak tampak seperti garis, keseluruhannya tampak utuh, tidak ada bagian-bagian landasan terlepas. Keretakan biasanya terjadi dari labial notch sampai tepi gigitiruan
Dengan bahan cold curing acrylic
  1. Perhatikan, cari bagian-bagian basis gigi tiruan yang retak, yang mungkin tak tampak dengan mata, dengan  hati-hati bengkokkan sedikit basi gigitiruan harus tidak patah
  2. Cor dengan gips pada bagian basis giigitiruan yang berkontak dengan jaringan mulut di sekitar daerah yang retak. Jika retaknya kecil, maka tidka perlu cor seluruh basis, cukup pada daerah retak saja. Setelah gips mengeras, lepaskan model kerjanya.
  3. Lebarkan tepi bagian-bagian yang retak dengan bur, sehingga terdapat celah diantaranya selebar kurang lebih 3 mm
  4. Buat bevel ke arah luar untuk menambah retensi. Pada permukaan palatal dibuat dovetail agar retensi lebih banyak dan penyambungan lebih kuat
  5. Olesi permukaan model kerja dengan separating medium/ cold mould seal tidak menyusup ke dalam resin akrilik yang dapat mengakibatkan kekuatan akrilik berkurang
  6. Kemudian gigitiruan diletakkan di atas model kerja
  7. Masukkan cold curing acrylic dalam bagian yang akan direparasi, dan ratakan dengan jari yang dibungkus kertas kaca/kuas agar semua groove terisi dan biarkan sedikit menggembung
  8. Setelah cold curing acrylic mengeras, kelebihannya dibuang
  9. Finishing/polishing


C.      Prosedur Reparasi   (Itjingningsih. Geligi Tiruan Lengkap Lepas. Jakarta:Penerbit buku kedokteran EGC. 1996. p.191-209)
Kerusakan pada landasan gigi tiruan yang lazim terjadi, misalnya karena jatuh atau sebab-sebab lainnya yang memerlukan perbaikan atau reparasi sehingga GT nyaman dipakai oleh pasien.
Retaknya suatu landasan geligi tiruan tampak sebagai garis, keseluruhannya tampak utuh, tidak ada bagian-bagian landasan yang terlepas. Adapun prosedur kerja reparasinya dengan menggunakan cold curing acrylic yaitu :
1.      Cari pada landasan GT bagian-bagian yang retak, dengan sedikit membengkokkan landasan GT tetapi harus hati-hati agar GT tidak patah







Gambar 1 : Landasan GT retak dari labial notch sampai tepi geligi tiruan


2.      Pada bagian landasan GT yang berkontak dengan jaringan mulut disekitar daerah yang retak dicor dengan gips. Setelah gips mengeras lepaskan model kerjanya.



Gambar 2 : Model kerja yang penuh, tidak perlu jika retaknya kecil
3.      Tepi bagian yang retak dilebarkan dengan bur sehingga terdapat celah diantaranya selebar + 3 mm.






Gambar 3 : Garis retak dilebarkan dengan bur (pandangan fasial)


4.      Buat bevel kea rah luar untuk menambah retensi. Pada permukaan palatal dibuat dovetail agar retensi lebih banyak dan pembetulan lebih kuat.





Gambar 4 : Tepi-tepi bagian yang retak dibuat dovetail (pandangan palatal)
5.      Permukaan model kerja diulasi dengan separating medium/could mould seal dengan kuas, diamkan beberapa saat sampai kering agar could mould seal tidak menyusup ke dalam resin akrilik yang dapat menyebabkan kekuatan akrilik berkurang.
6.      Kemudian GT diletakkan di atas model kerja.
7.      Taruh cold curing acrylic pada bagian yang akan direparasi, dan ratakan dengan jari yang dibungkus kertas kaca/kuas agar semua groove terisi.
Gambar 5 : Bagian yang akan direparasi diisi cold curing acrylic. A=pandangan facial, B=pandangan palatal
8.      Setelah cold curing acrylic mengeras, kelebihannya dibuang, lakukan penyelesaian dan pemolesan seperti lazimnya.


Geligi tiruan patah karena jatuh tanpa kelainan dalam mulut setelah pemeriksaan, dapat disambung kembali tanpa mencetak rahang pasien. Pada GT yang jatuh, bagian pecahannya harus menyembung dengan tepat dan tidak ada bagian yang hilang. Pecahannya kita sambungkan, bila tidak menyambung baik, merupakan kontra indikasi untuk perbaikan sederhana. Adapun prosedur kerja reparasinya yaitu:(heat curing acrylic)
1.      Bagian-bagian GT yang patah dikumpulkan semua, jangan ada bagian yang hilang
2.      Bagian-bagian GT yang patah disatukan kembali dengan meneteskan sticky wax pada permukaan mekanik landasan GT, perhatikan tidak boleh ada bagian yang hilang dan semua bagian telah berada pada tempatnya dengan baik. Malam diratakan dengan lecron dan harus benar-benar rata dengan permukaan GT yang akan direparasi. Periksalah dengan lecron, pada bagian patah yang telah disatukan harus rata, tidak boleh ada retensi sedikitpun.




Gambar 6 : Bagian-bagian GT yang patah disatukan kembali dengan meneteskan sticky wax
3.      Untuk menambah kekuatan dan stabilitas dapat digunakan batang-batang korek api yang dicekatkan pada permukaan oklusal gigi-gigi dengan meneteskan sticky wax.
Gambar 7 : Batang-batang korek api dipasang pada permukaan oklusal gigi
4.      Buatlah model kerja/dasar landasan dari GT yang telah disatukan dengan gips. Sebelumnya bagian gerong diisi dengan malam atau moldine supaya GT dapat dengan mudah dilepas dari dasar gips tadi.
5.      Setelah gips mengeras, batang-batang korek api dan sticky wax dibuang dan dibersihkan lalu buat ruang akrilik sepanjang pecahan sambil meluruskan pecahannya dengan jarak antara bagian-bagian yang akan disambung kira-kira 3 mm dan bentuknya melandai ke arah pecahan di permukaan mekaniknya serta dapat di-bevel selebar 5 mm kemudian untuk penguat buat retensi atau dibentuk lekukan pada tepi pecahan tersebut berupa dovetail yang berhadapan sepanjang garis patah.





Gambar 8 : Tepi bagian-bagian yang retak dibuat bevel (fasial)







Gambar 9 : Pembuatan retensi pada garis patah

6.      Bagian-bagian patah diangkat, model rahang diulasi separating medium setelah kering GT dipasang kembali pada dasar gips dengan tepat. Daerah kosong antara pecahan diisi malam dan disatukan sesuai permukaan landasan sebelah menyebelahnya. Malam/moldline yang mengisi daerah gerong dikeluarkan sampai bersih dan diganti dengan gips. Lalu lakukan waxing, flasking, packing, curing, deflasking, penyelesaian dan pemolesan seperti lazimnya, sebelum dipasang dalam mulut pasien.

Selain landasan GT komponen lain yang sering mengalami kerusakan yaitu elemen gigi tiruan. Adapun cara reparasi elemen gigi yang patah/lepas, yaitu :
1.      Buang semua sisa gigi yang patah dan bagian dasar gigi dengan round bur, terutama diperluasan ke arah palatal untuk mempermudah pemasangan GT pengganti.





Gambar 10: Sisa gigi dibuang dengan round bur
2.      Tepi bagian labial jangan dibuang, harus tetap seperti semula untuk mempertahankan estetik.
3.      Lalu pilih GT yang sama ukurannya, warna, dan bentuk anatomisnya.
4.      Setelah gigi pengganti berada pada posisi yang benar, lalu dicekatkan ke gigi tetangganya dengan sticky wax.









Gambar 11: GT pengganti dicekatkan ke gigi tetangganya
5.      Buat indeks dari gips pada permukaan labial dengan mengulasi permukaan labialnya dengan separating medium terlebih dahulu.






Gambar 12 : Indeks gips dibuat
6.      Lepaskan GT pengganti dari tempatnya dan bersihkan sticky wax yang ada.
7.      Letakkan GT pengganti pada tempatnya, ulasi dasar landasan GT dan GT pengganti dengan monomer (self curing acrylic) dengan kuas kecil. Lalu masukkan adonan akrilik dari bagian palatal ke dalam lubang di bawah gigi sedikit demi sedikit dan hati-hati agar tidak ada gelembung udara yang terjebak dan akrilik dapat mengalir mengisi seluruh lubang. Setelah lubang terisi seluruhnya lalu rapihkan.









Gambar 13: Dasar GT dan GT pengganti diulasi monomer







Gambar 14 : Adonan akrilik dimasukkan ke dalam lubang di bawah GT pengganti
8.      Setelah polimerisasi selesai dan akrilik keras, kelebihan arilik dibuang sehingga terbentuk kontur semula, lalu selesaikan dan poles.

Penyelesaian dari geligi tiruan terdiri dari menyempurnakan bentuk akhir geligitiruan dengan membuang sisa-sisa resin akrilik pada batas geligi tiruan,sisa-sisa resin akrilik atau stone yang tertinggal sekitar gigi,tonjolan-tonjolan akrilik pada permukaan landasan geligi tiruan akibat dari processing. (egha)
Waktu proses penyelesaian berhati-hatilah melindungi batas dan kontur geligi tiruan.Jika cetakan telah diboxing dengan baik dan geligi tiruan malam telah di waxing dengan baik,garis luar geligi tiruan dengan mudah dapat ditentukan.selain itu,jika geligi tiruan malam telah diwax countering dengan seksama sesuai dengan bentuk yang diinginkan,proses penyelesaian yang diperlukan akan lebih sederhana. (egha)
Flas adalah resin akrilik yang menonjol keluar diantara kedua mold karena tekanan yang dilakukan selama prosedur processing.Buanglah flash dari geligi tiruan yang menekan sedikit batas geligi tiruan pada arbon band yang berputar perlahan-lahan.Jika geligi tiruan ditrial packing dengan hati-hati maka flash hanya sedikit sekali.Berhati-hatilah membuang flash dan sisa stone yang berada disekitar leher gigi dengan sebuah cungkit kecil/pahat yang tajam. (egha)
Gelembung air atau bahan asing lainnya yang terjebak dibawah permukaan stone akan membentuk ruang kosong didalam mold.Tekanan yang digunakan waktu prosedur packing dapat menyebabkan resin akrilik patah didalan ruang kosong tersebut dan aka telihat sebagai gumpalan/nodul dipermukaan gelegi tiruan yang telah diproses.periksalah geligi tiruan dengan jari tangan terhadap gelembung resin akrilik dan hati-hati buanglah bila ada dengan stone/bur bulat kecil. (egha)