Sabtu, 01 Agustus 2009

Gigi tiruan Cekat (GTC)

I.1 Latar Belakang
Gigi merupakan salah satu kunci dari penampilan seseorang. Gigi yang tidak beraturan, baik dari bentuk, susunan, maupun warna akan memperburuk penampilan secara keseluruhan.
Sejak dahulu manusia telah berusaha telah berusaha mengganti gigi-gigi yang hilang. Ahli-ahli sejarah Mesir telah menemukan rahang manusia dengan gigi-gigi yang hilang, biasanya incisivus, digantikan dengan geligi tiruan yang diikat kawat pada posisinya. Keinginan manusia untuk menjadi normal selalu besar dan pikiran tersebut merupakan awal dari keberhasilan pekerjaan, seperti pembuatan jembatan yang sekarang sukses dilakukan dan berkisar dari yang sederhana sampai yang kompleks
Tujuan sebuah perawatan untuk pasien gigitiruan adalah perbaikan Penampilan wajah. Banyak pasien yang menganggap bahwa Penampilan bahkan lebih penting dari pada fungsi gigitiruan.
Yang melatar belakangi perawatan pada kasus ini terlihat bahwa wanita muda ini ingin memperbaiki penampilannya dengan adanya keluhan dan factor-faktor lain yang dirasakan pasien.



BAB II
KASUS

Seorang pasien wanita, 25 tahun, sedang dalam promosi untuk jabatan sekretaris manajer di perusahaan tempat dia bekerja. Datang ke Klinik Gigi, dengan keluhan ingin dibuatkan gigitiruan yang baru, karena merasa gigitiruan lamanya sudah kurang layak dipakai lagi, ada rasa tidak enak.

Pada pemeriksaan :
• Pasien menggunakan GTSL: 11, 21, 22, 12, dan pada gigi 44, 45
• Kondisi GTSL anterior agak longgar dan sudah terjadi perubahan warna
• Kondisi GTSL RB sudah mengalami abrasi
• Oklusi: open bite anterior

Kata kunci :
• Usia 25 tahun
• Rasa tidak enak menggunakan GT lama
• Pasien menggunakan GTSL: 11, 21, 22, 12, dan pada gigi 44, 45
• Kondisi GTSL anterior agak longgar dan sudah terjadi perubahan warna
• Kondisi GTSL RB sudah mengalami abrasi
• Oklusi: open bite anterior



III.1. Data Pasien
Sebelum dilakukan perawatan, sebagai seorang dokter gigi terlebih dahulu harus mengetahui data pribadi pasien dan dituliskan dalam bentuk kartu status (dental record). Adapun data yang dapat diperoleh dari kasus tersebut, yaitu :
1. Usia : 25 tahun
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Calon sekretaris manajer
Data lain yang diperlukan dalam pengisian kartu status, yaitu :1
1. Nama penderita
Hal ini perlu diketahui untuk membedakan seorang penderita dari yang lainnya, disamping mengetahui asal suku atau rasnya. Hal terakhir ini penting, karena ras antara lain berhubungan dengan penyusunan gigi depan. Contohnya, orang Eropa (Ras Kaukasoid) mempunyai profil yang lurus, sedangkan orang Asia (Mongoloid) cembung.
2. Alamat
Dengan mengetahui alamatnya, penderita dapaat dihubungi segera bila terjadi sesuatu yang tak diharapkan, umpamanya kekeliruan pemberian obat. Pemanggilan kembali penderita juga dapat dengan mudah dilakukan. Alamat juga dapat membantu kita mengetahui latar belakang lingkungan hidup seorang pasien, sehingga dapat pula diketahui status sosialnya.
3. Riwayat penyakit umum
Riwayat penyakit umum yang pernah diderita sebaiknya dinyatakan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terpilih. Penderita sebaiknya ditanya apakah ia sedang berada dalam perawatan seorang dokter umum/lain dan bila demikian, obat-obat apa saja yang sedang diminum. Hal ini perlu diketahui,karena penyakit dan pengobatan tertentu dapat mempengaruhi jaringan yang terlibat dalam perawatan dental, umpamanya Diabetes mellitus, penyakit kardiovaskular, tuberkulosis, anemia, depresi mental, kecanduan alkohol, dsb.
4. Pemeriksaan ekstra oral
5. Pemeriksaan intra oral
6. Pemeriksaan tambahan

III.2. Pemeriksaan Pasien
a. Anamnesis
Anamnesis adalah riwayat yaang lalu dari suatu penyakit aatau kelainan berdasarkan ingatan penderita pada waktu dilakukan wawancara daan pemeriksaan medik/dental.1
Ditinjau dari cara penyampaian cerita dikenal dua macam anamnesis. Pada Auto Anamnesis, cerita mengenai keadaan penyakit disampaikan sendiri oleh pasien. Disamping itu terdapat keadaan dimana cerita mengenai penyakit ini tidak disampaikan oleh pasien yang bersangkutan tetapi melalui bantuan orang lain. Keadaan seperti ini dijumpai umpamanya pada pasien bisu, ada kesulitan bahasa, penderita yang mengalami kecelakaan atau padaa anak-anak kecil. Cara ini disebut Allo anamnesis. 1
Pertanyaan-pertaanyaan yaang daapat diaajukan kepada pasien untuk menunjang diagnosis dan rencana perawatan berdasarkan kasus tersebut, antara lain :3
1. Apakah timbul rasa sakit atau ngilu dan sudah berapa lama rasa sakit atau ngilu timbul ?
Informasi berikut ini dapat membantu, yakni :
a. Sifat dari rasa sakit
b. Lamanya rasa sakit
c. Intensitas
d. Sumber atau rangsangan yang dapat menimbulkan rasa sakit (panas, dingin, manis, tekanan)
Melalui informasi tersebut, kita dapat mendeteksi adanya karies atau gangguan pada jaringan periodontal.

2. Sejak kapan pemakaian GTSL tersebut ?
Pertanyaan ini diajukan dengan maksud untuk mengetahui penyebab terjadinya resorpsi tulang alveolar. Jika pemakaiannya sudah berlangsung lama, hal ini mungkin disebabkan oleh tekanan kunyah yang diterima oleh penahan GTSL yang kemudian diteruskan ke tulang alveolar. Jika pemakaiannya belum berlangsung lama, berarti terdapat kemungkinan terdapatnya pengaruh sistemik yang mempercepat terjadinya proses resorpsi.

3. Sudah berapa lama gigitiruan longgar ?
Pada pemakaian GTSL, tekanan kunyah yang diterima gigi penahan akan diteruskan ke jaringan tulang alveolar. Tekanan seperti ini akan membuat tulang alveolar bereaksi berupa bertambah kuat dan padatnya tulang tadi, selama tekanan kunyah ini masih dalam batas-batas fisiologis. Bila gigi penahan tidak ada, tekanan ini akan diteruskan langsung kepada jaringan lunak dan tulang di bawah geligi tiruan, suatu hal yang pada akhirnya akan menyebabkan resorpsi tulang.2
Resorpsi semacam ini apabila terjadi di bawah geligi tiruan dukungan gigi, biasanya kurang terlihat kecuali adanya keluhan pasien. Ia merasa di bawah geligi tiruannya sekarang terjadi ruangan sehingga sisa makanan mudah bersarang. Hal ini menyebabkan jaringan lunak tidak sehat, karena proses pembersihan menjadi kurang, dan pada akhirnya menyebabkan perubahan warna mukosa karena terjadi peradangan.2

4. Sejak kapan perubahan warna gigitiruan mulai tampak?
Gigitiruan akrilik merupakan gigitiruan yang paling sering dan umum dibuat pada saat ini, baik untuk kehilangan satu atau seluruh gigi. Gigi tiruan ini mudah dipasang dan dilepas oleh pasien. Bahan akrilik merupakan campuran bahan sejenis plastik yang manipulasinya mudah, murah, ringan dan bisa diwarnai sesuai dengan warna gigi dan warna gusi. Akan tetapi, mudah menyerap cairan dan juga mudah kehilangan komponen airnya. Sehingga bila tidak dipakai, gigitiruan akrilik harus direndam dengan air dingin supaya tidak mengalami perubahan bentuk. Gigi akrilik pun mudah terpengaruh perubahan warna. Misalnya warna dari makanan dan minuman, sehingga jenis gigitiruan ini memerlukan perawatan yang lebih seksama.4

5. Sejak kapan perubahan bentuk (abrasi) gigitiruan tampak?
Akrilik juga mudah mengalami keausan, sehingga dengan pemakaian normal pun, dalam beberapa tahun gigitiruan jenis ini harus diganti.4
Untuk mengurangi risiko keausan, maka gigitiruan akrilik bisa dikombinasikan dengan gigitiruan porselen. Landasan maupun gigi buatan dari akrilik juga mudah patah, sehingga landasan gigi tiruan akrilik harus dibuat lebih tebal dan lebih luas. Hal itu mengakibatkan ketidaknyamanan, karena tertutupnya langit-langit akan mengganggu kontak lidah dengan langit-langit. Selain itu juga mengganggu bicara. 4
Apabila kehilangan gigi hanya di bagian belakang dan tidak terlalu banyak, daerah langit-langit yang berkontak dengan lidah dapat dibebaskan dari akrilik, tetapi bila gigi hilang terlalu banyak dan meliputi gigi depan, hal itu tidak dapat dilakukan. Untuk mengurangi ketebalan dan luasnya landasan, maka dapat digunakan gigitiruan kerangka logam.4

6. Bagaimanakah teknik pembersihan gigitiruan yang diterapkan?
Cara pembersihan gigitiruan lepasan sangat mempengaruhi keausan gigitiruan. Cara penyikatan yang terlalu keras pada gigitiruan dari akrilik akan menyebabkan mudahnya terjadi abrasi pada permukaan oklusalnya.2
Pada kasus ini, kemungkinan besar GTSL dengan elemen akrilik.

7. Riwayat medis pasien
Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskular :
- Apakah Anda pernah menderita penyakit demam rematik?
- Apakah Anda mempunyai kelainan jantung kongenital?
- Apakah Anda mempunyai gangguan tekanan darah?

Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan darah :
- Apakah Anda mengalami perdarahan yang berlebihan sewaktu tersayat atau pada pencabutan gigi sebelumnya?
- Apakah Anda mengidap penyakit hemofilia atau penyakit Christmast?

Pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sistem pernafasan
- Apakah Anda mempunyai keluhan di dada seperti bronkitis?
- Apakah Anda perokok berat? (juga meningkatkan tekanan darah)

Pertanyaan yang bersifat umum :
- Apakah Anda mengidap diabetes?
- Apakah anda mengidap hepatitis?
- Apakah Anda mengidap penyakit ginjal?
- Apakah Anda mengonsumsi obat?
- Apakah Anda memiliki penyakit alergi?
- Apakah Anda mungkin sedang mengandung?

8. Keterangan lain :
Penderita ditanya apakah ia mempunyai kebiasaan buruk dsb. Kadang-kadang kebiasaan tersebut sulit ditemukan tanpa suatu pengamatan yang intensif. Sebagai contoh, penderita bruxism berat dimana gigi geliginya lemah dianjurkan memakai geligi tiruannya pada malam hari juga, supaya ketegangan (stain) yang diterima oleh gigi masih dapat dikurangi.

b. Pemeriksaan Intra Oral
1. Gigi yang hilang
Pasien kehilangan gigi 11, 21, 22, 12, dan pada gigi 44, 45.
2. Kondisi OH pasien
Kondisi OH pasien dapat dilihat dari ada tidaknya kalkulus, debris, plak, stain, dan halitosis. Kebersihan mulut yang buruk menyebabkan timbulnya berbagai penyakit periodontal, karena itu perawatan periodontal hendaknya mendahului pemberian perawatan prostodontik.


3. Melihat ada tidaknya karies dan kondisi gigi yang tersisa
Setiap gigi yang masih ada, diteliti keadaannya. Dalam hal ini digunakan patokan sebagai berikut :
F.K = Gigi yang ditambal + karies x 100%
Gigi-gigi yang masih ada

Bila F.K = 0 – 25 % = frekuensi karies rendah
26-50% = frekuensi karies sedang
51-100% = frekuensi karies tinggi
Tinggi rendahnya frekuensi karies mempengaruhi pemilihan desain gigitiruan yang akan dibuat.
4. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi
Pemeriksaan terhadap keadaan jaringan penyanggah gigi ini sangat penting karena akan sangat mempengaruhi perawatan yang akan dilaksanakan nantinya.
5. Pemeriksaan oklusi. Hal ini mungkin dapat dilihat tetapi mungkin juga dapat diketahui dengan menempatkan satu jari di atas permukaan bukal dari gigi yang dicurigai dan meminta pasien untuk mengoklusikan gigi-geliginya. Gangguan kecil mungkin dapat diketahui dengan adanya “loncatan” posisi gigi

c. Pemeriksaan tambahan
- Rontgen Foto
Pemeriksaan radiografi ini berfungsi untuk :
1. Melihat atau memeriksa struktur tulang yang akan menjadi pendukung. Tulang yang padat akan memberi dukungan yang baik.
2. Melihat bentuk, panjang, dan jumlah akar gigi.
3. Melihat adanya sisa akar gigi.
4. Meneliti keadaan vitalitas gigi.
5. Memeriksa adanya kelainan periapikal.

- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini dilakukan apabila pasien dicurigai mengidap penyakit sistemik yang dapat menghambat perawatan nantinya.

II.3. Rencana Perawatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan di atas, maka rencana perawatan yang dapat dilakukan pada kasus ini, yakni :2

1. Melakukan rekonstruksi gigitiruan sebagial lepasan
Merupakan suatu prosedur penggantian seluruh basis geligi tiruan sekaligus dengan gigi-giginya, dengan bahan baru, tetapi tanpa mengganti kerangka logamnya.
Cara melakukan rekonstruksi :
- Cetakan rahang dibuat baagi kedua lengkung rahang dan dicor seperti biasa.
- Bila diperlukan, dibuat suatu cetakan fungsional dan altered cast.
- Lalu, dilakukan penentuan hubungan antara kedua rahang.
- Kerangka geligi tiruan kemudian diletakkan di atas model dan gigi disusun sesuai dengan antagonisnya.
- Setelah dilakukan pas malam dalam mulut, protesa malam kemudian diselesaikan dan dipasang sesuai prosedur biasa.
Keadaan open bite pasien tidak perlu dilakukan penyesuaian apabila tidak menimbulkan masalah yang berarti


2. Pembuatan Gigitiruan Jembatan
Adapun desain gigitiruan jembatan yang dapat diterapkan pada kasus ini, yaitu:
a. Desain Retainer
Desain GTJ dengan kasus 4 gigi anterior hilang
• FFBr 6 unit



• FFBr 8 unit






Desain GTJ pada kasus gigi P1 dan P2 bawah hilang
• FFbr 4 unit




















BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. Perawatan
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus kedua ini yakni :
1. Prosedur rekonstruksi GTSL yang lama
Rekonstruksi GTSL terdiri dari pembuangan resin dan gigi geligi dari kerangka protesa dan mengganti basisnya dengan bahan baru dengan elemen tiruan baru yang disusun di atasnya. Untuk mencapai rekonstruksi yang baik, suatu kerangka yang kecekatannya masih baik merupakan syarat keberhasilan.
Prosedur rekonstruksi merupakan prosedur yang lebih singkat dibandingkan dengan prosedur pembuatan protesa yang baru dan karenanya lebih ekonomis. Prosedur ini terutama ditujukan pada penderita yang kehilangan sejumlah besar tulang alveolarnya dalam waktu yang relatif singkat, mungkin sebagai akibat penyakit sehingga suatu pelapisan kembali atau penggantian basis tidak mungkin berhasil secara efisien dan efektif.

2. Gigitiruan Jembatan
GTJ dengan kasus 4 gigi anterior rahang atas hilang :
Penanganan kasus ini dapat berupa pemasangan Fixed Fixed Bridge 6 unit atau Fixed Fixed Bridge 8 unit. Hal ini didasarkan pada pertimbangan gigi penyanggah yang memiliki kondisi yang baik sehingga pemilihan FFBr merupakan cara yang paling efisien untuk menahan tekanan oklusi.
Jenis retainer yang digunakan adalah retainer ekstrakoronal yaitu Full Veneer Crown (FVnCr) dan atau ¾ crown. Hal ini didasarkan pada pertimbangan estetik yang sangat dibutuhkan oleh pasien. Apabila tekanan kunyah pasien cukup besar dapat digunakan FVnCr. FVnCr juga memungkinkan pengembalian lebar mesiodistal gigi bila gigi telah mengalami perubahan susunan karena adanya pergeseran sehingga dapat memberikan keadaan simetris bilateral. Bila tekanan kunyah pasien ringan atau memiliki resesi gingival bagian labial yang hebat dapat dengan menggunakan ¾ Cr ataupun kombinasi keduanya.
.
GTJ dengan kasus P1 dan P2 rahang bawah hilang
Kehilangan gigi Premolar bawah dapat digantikan dengan jembatan cekat-cekat (FFBr) dengan menggunakan gigi-gigi sebelahnya sebagai abutment. Sebaiknya pontik mempunyai embrasure yang lebar dan berkontak minimal dengan sadel, khususnya pada sisi lingual untuk memperkecil berkumpulnya makanan dan mempermudah pembersihan. Retainer Premolar dapat berupa Full Veneer Crown dengan pertimbangan factor estetik dan tekanan kunyah yang tidak begitu besar. Retainer Molar dapat berupa Full Casted Crown (FCC) karena gigi posterior lebih mengutakan efek ketahanan mastikasi daripada estetik.

Sebelum melakukan preparasi terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kondisi gigi penyanggah, meliputi :3
1. Karies dan tambalan lama
Gigi-gigi abutment yang bebas karies dan belum pernah ditambal sangat baik untuk dipreparasi, karena dentin masih utuh dan dapat diperoleh bentuk kavitas yang diinginkan.
Jika terdapat karies pada gigi, sebaiknya dihilangkan dahulu kecuali jika karies tersebut terlalu dalam sehingga perlu dilakukan penundaan dan pengendalian karies. Jaringan gigi yang hilang sedapat mungkin diganti karena merupakan usaha untuk melindungi pengeringan dentin yang dalam, melindungi pulpa dan mencegah pemotongan dinding aksial yang terlalu besar di daerah karies. Semen glass ionomer melekat secara kimiawi pada jaringan gigi dan dapat diasah setelah kira-kira setengah jam. Amalgam juga merupakan bahan yang baik untuk menggantikan jaringan yang hilang karena dipotong dengan baik setelah 24 jam. Tentu saja dalam hal ini harus diberikan retensi yang dibuat sedemikian rupa untuk mempertahankan preparasi abutment.
Tambalan yang besar pada gigi dapat membantu menentukan desain preparasi abutment yang sebaiknya dilakukan. Gigi yang mempunyai tambalan besar atau berubah warna mungkin memerlukan FVnCr. Jika tambalan lepas selama preparasi dapat diganti dengan semen glass ionomer setelah dilakukan pemeriksaan karies. Pada keadaan tertentu, lubang-lubang kecil dapat diabaikan dan diblok pada model oleh teknisi. Apabila ragu-ragu akan adanya karies atau desain yang akan diterapkan maka buang semua tambalan lama dan lihat kekuatan jaringan gigi yang ada. Bentuk preparasi boks klass II yang lama biasanya merupakan kondisi baik untuk pemasangan stress breaker.

2. Kesejajaran dan Kemiringan Abutment
Kesejajaran dan kemiringan abutment sangat mempengaruhi keberhasilan desain GTJ. Masing-masing abutment sebaiknya mempunyai kemiringan 5o pada dinding-dinding samping aksis. Kemiringan yang kecil sulit diperoleh dan mungkin dapat menyebabkan terjadinya undercut yang jika tidak terdeteksi dapat menyebabkan retainer menjadi tidak rapat.

3. Jaringan Periodontal
Tahapan ini meliputi perkusi gigi geligi untuk melihat adanya peradangan, sondasi untuk melihat kedalaman saku gusi, pewarnaan plak, dan palpasi gigi untuk mengetahui adanya gigi yang mobile

Keadaan maloklusi (open bite) pasien tidak perlu dilakukan perawatan ataupun penyesuaian dengan gigitiruan yang dibuat apabila kondisi tersebut tidak menimbulkan gangguan pada pasien. Namun apabila maloklusi telah menimbulkan keluhan bagi pasien maka penanganannya dapat berupa penyesuaian desain GTJ terhadap keadaan tersebut.






















• Dari penelusuran kasus tersebut dapat di peroleh data bahwa pasien ini menggunakan GTSL yang terbuat dari akrilik sebab GTSL yang digunakan mengalami abrasi dan mudah terjadi perubahan warna
• Anamnesis pasien pada kasus tersebut pertanyaan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan selama menggunakan GTSL yang dapat berupa : Apakah timbul rasa sakit atau ngilu dan sudah berapa lama rasa sakit atau ngilu timbul, Sejak kapan pemakaian GTSL tersebut, Sudah berapa lama gigitiruan longgar, perubahan bentuk (abrasi) gigitiruan tampak dan perubahan warna, Bagaimanakah teknik pembersihan gigitiruan yang diterapkan, riwayat medis pasien
• Pemeriksaan yang dilakukan :
Intra oral : Pasien kehilangan gigi 11, 21, 22, 12, dan pada gigi 44, 45, Kondisi OH pasien , ada tidaknya karies, pemeriksaan jaringan penyangga gigi dan pemeriksaan oklusi
Ekstra Oral :
Pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan laboratorium
• Adapun rencana perawatan pada kasus tersebut yaitu :
- Melakukan rekonstruksi gigitiruan sebagian lepasan

- Pembuatan Gigitiruan Jembatan

• Perawatan
Perawatan yang dapat dilakukan pada kasus kedua ini yakni :
- Prosedur rekonstruksi GTSL yang lama
- Gigitiruan Jembatan, dengan desain
GTJ dengan kasus 4 gigi anterior rahang atas hilang :
Penanganan kasus ini dapat berupa pemasangan Fixed Fixed Bridge 6 unit atau Fixed Fixed Bridge 8 unit.
GTJ dengan kasus P1 dan P2 rahang bawah hilang
Kehilangan gigi Premolar bawah dapat digantikan dengan jembatan cekat-cekat (FFBr) dengan menggunakan gigi-gigi sebelahnya sebagai abutment.


Sumber >>>




1. Haryanto A. Gunadi. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid 1. Jakarta : Hipokrates; 1995. p. 104-110
2. Haryanto A. Gunadi. Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan Jilid II. Jakarta : Hipokrates; 1995. p. 413-8
3. D,N. Allan, P.C. Foreman. Petunjuk Bergambar Mahkota & Jembatan. Jakarta : Hipokrates; 1994. p.2-6.
4. Rasmi Rikmasari. Pilih Gigi Palsu Sesuai Kondisi Anda. Available from : http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=580&Itemid=1, diakses 30 Oktober 2009