Minggu, 12 April 2009

Xerostomia pada Pasien Menopause



Memasuki usia lanjut yaitu akhir 40-an 50-an, seorang wanita akan mengalami proses alamiah yang disebut menopause sebagai salah satu bentuk dari proses penuaan. Pada saat seorang wanita sudah memasuki menopause, produksi estrogen terhenti. Akibatnya dapat terjadi perubahan rasa atau pengecapan, dan lebih sensitif terhadap makanan dan minuman yang panas ataupun dingin, dan juga menurunnya aliran saliva (air liur) yang dapat menyebabkan xerostomia (dry mouth).
            Adanya kondisi mulut yang kering tersebut dapat mengarah kepada penyakit periodontal, karena saliva (air liur) tidak cukup untuk membilas sisa makanan sehingga kalkulus (karang gigi) lebih mudah terbentuk. Selain itu kurangnya saliva juga dapat menyebabkan karies lebih mudah terjadi, karena saliva juga berfungsi untuk menetralkan keasaman  asam yang dihasilkan dari metabolisme bakteri yang ada di dalam mulut.
            Oleh karena itu xerostomia (dry mouth) lebih sering dialami oleh wanita usia lanjut dibandingkan pria, dan dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan yang sering diresepkan bagi para lansia.
            Penurunan produksi estrogen yang terjadi saat menopause juga menyebabkan wanita lebih beresiko untuk mengalami penurunan densitas/kepadatan tulang, yang dapat mengarah kepada osteoporosis. Rusaknya tulang (dalam hal ini tulang rahang) dapat mengarah kepada goyangnya gigi geligi, diperparah dengan banyaknya kalkulus (karang gigi) yang menjadi tempat pertumbuhan bakteri.
            Dokter gigi berperan untuk deteksi osteoporosis secara dini, menurut penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa universitas. Pemeriksaan radiografis rutin yang dilakukan sebagai pemeriksaan penunjang pada perawatan gigi dapat membantu mendeteksi adanya penurunan massa tulang yang menjadi indikasi osteoporosis. Namun hal ini membutuhkan sotware khusus dan juga keterampilan khusus dari dokter gigi ahli radiologi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar